Bagi saya, tidak ada hal yang membahagiakan daripada melihat laut dari dekat.
Berlama-lama diri melihat air tanpa batas, duduk di biduk nelayan, menyendiri di pantai, tertawa dengan anak-anak SMP yang masih mau diajak berkelana sebelum mereka khawatir dengan perubahan warna kulit, belajar memancing dari para nelayan, semuanya adalah cara saya menikmati Pulau Banyak Barat.
(Ke)Pulau(an) Banyak Barat adalah kecamatan terbarat-selatan Aceh, butuh waktu sekitar 8 jam dari Singkil jika menggunakan transportasi boat lokal. Delapan jam itu dikarenakan boat harus singgah di desa Suka Makmur dan Ujung Sialit. Saat ini ada 4 desa di kecamatan ini; Suka Makmur, Ujung Sialit, Haloban dan Asantola. Kesemuanya berada dalam satu pulau; Pulau Tuangku.
Pekerjaan mayoritas masyarakat Suka Makmur adalah berkebun, para lelaki/suami berada di kebun ataupun laut sedangkan wanita/istri menjadi pekerja bangunan ataupun pencari umpan. Dikarenakan sulitnya berkumpul, maka setiap hari jumat mereka jadikan sebagai hari berkumpul bersama masyarakat. Desa Suka Makmur tergolong sepi penduduk, bisa jadi karena masyarakatnya tidak sering dirumah – bahkan anak-anak yang sekolah pun sangat sedikit! Dari kelas 1 sampai 6 SD hanya ada 28 murid!
Desa Haloban dan Asantola berdekatan, bahkan secara sadar kita bisa mengelilingi kedua desa tersebut dalam waktu 15 menit dengan sepeda motor. Kedua desa ini merupakan titik pemerintahan kecamatan dan saat ini memiliki sekolah hingga tingkat SMA. Sedangkat Ujung Sialit adalah desa yang dihuni oleh mayoritas umat nasrani dan transmigran Nias.
Pulau Banyak Barat lebih menarik ketimbang kakaknya- Pulau Banyak; tutupan terumbu karang di beberapa pulau masih tampak, ombak surf terbaik, hewan laut yang jarang terlihat dibagian Aceh lainnya ada disini. Hanya saja, akses menuju kawasan ini lebih sulit dibanding menuju Pulau Banyak.